adsen

ks

Selasa, 12 Maret 2013

Mitos gunung gandang dewata Kab Mamasa

Misteri dan “mistisme ekologi” ini akan selalu terjaga kekentalannya oleh para pengunjung yang hendak mendaki ke Gandang Dewata dan masyarakat setempat Dusun Rante Pongkok Kabupaten Mamasa. Mendaki erat kaitannya dengan spritualitas sehingga untuk memahami kandungan esoterik yang dimiliki oleh Gandang Dewata butuh kejernihan akal dan pikiran. Gandang Dewata Sendiri jika ditinjau dari sejarah pada mulanya adalah daratan terendah di pulau Sulawesi hal tersebut dibuktikan dengan adanya batu besar berbentuk perahu yang konon ceritanya adalah milik Putri Raja yang kandas di Puncak Gunung Gandang Dewata. Tapi kini Gandang Dewata telah menjadi tanah tertinggi di Sulawesi Barat namun sisa-sisa lautan masih kadang kita jumpai. Penghuninya, sebagaimana Daud, salah seorang tokoh masyarakat Mamasa yang dikenal sebagai “pakar” mistikus ekologi Gandang Dewata menyebutkan, masyarakat Rante Pongkok adalah masyarakat yang mempertahankan hidupnya dari bertani di alur pegunungan Gandang Dewata. Secara sosiologis, Gandang Dewata telah memiliki hubungan emosional dengan masyarakat kampung terakhir Desa Rante Pongkok sejak dulu. Untuk memahami kepercayaan tradisional mistis terhadap keberadaan penghuni di hutan “perawan” tersebut jika mau jujur, merupakan konsep rumit pada extra-sensory perception of meta linguistic “metabahasa dalam kepekaan rasa batin”. Mereka menemukan cara rahasia melalui meta linguistic system untuk melindungi ciptaan Tuhan yang sangat kompleks di hutan tersebut. Dengan menghubungkan keberadaan turunnya Dewa yang membunyikan gendang yang senantiasa memberikan informasi kepada masyarakat melalui hutan, serta hutan sebagai lahan untuk menunjang hidup maka hutan terlegitimasi secara etik dan moral untuk dijaga dan dicintai. Konon, dahulu kala ketika dewa-dewa masih senang turun ke dunia, maka Hutan Gunung Gandang Dewata adalah tempat pilihannya. Sebagian masyarakat mempercayai hal tersebut dan kepercayaan itu mungkin timbul dari apa yang mereka rasakan selama hidup dari sumber hutan. Gunung Gandang Dewata masih tenang, tegak diselimuti kabut putih. Dan turunnya kabut tersebut dipercaya oleh segilintir masyarakat Rante Pongkok adalah keinginan para penghuninya. Kepercayaan tersebut jelas sangat berbeda dengan apa yang kita yakini bahkan keberadaan pengembala anoa yang sampai hari ini belum pernah kita dengar bahkan kita lihat keberadaannya adalah benar adanya. Entah dari mana kepercayaan itu muncul. Jelasnya hal tersebut di paparkan oleh Daud yang juga tak lain adalah juru kunci Gunung Gandang Dewata saat pengambilan data Gunung Mambulilling di lapangan. Banyak orang pernah mendengar legenda budaya bangsa maya. Selama ini, kesan sebagian besar orang terhadap bangsa maya tidak terlepas dari suasana hutan belantara. Dimana bangsa maya, yang terlintas dalam benak sejumlah orang adalah sekelompok mahluk halus yang berada di dalam hutan belantara yang terpencil dan sepi. Lalu siapakah bangsa maya penghuni Gunung Gandang Dewata tersebut. Keberadaan mereka diyakini oleh semua orang sebagai penghuni Gunung Gandang Dewata yang masih sebangsa dengan manusia. Mereka dari bangsa maya yang dikenal dengan nama To Membuni. Diyakini mereka adalah salah satu penghuni Gunung Gandang Dewata yang ada di dalam hutan, dan beraktivitas dalam hutan belantara. Mereka tidak banyak bercampur dengan manusia tetapi kadang pula menampakkan dirinya dan masuk ke dunia manusia. Setiap alam kehidupan mempunyai urusannya masing-masing mereka tergolong dalam golongan mahluk-mahluk halus yang asli dan tinggal di dunianya bersama masyarakat sendiri. To Membuni adalah sekelompok masyarakat yang tak tampak kasat mata namun dia dapat berkomunikasi dengan orang-orang tertentu. “Inilah kenyataan misteri yang dikandung oleh Hutan Perawan Gunung Gandang Dewata dan setiap pendaki yang pernah kesana pasti bisa merasakan keberadaanya,” ungkap Daud suatau ketika kepada penulis. To Membuni termasuk mahkluk halus yang hidup di alam demit (salah satu dari enam alam yang di huni mahluk halus). Bangsa ini memang senang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang hijau dan lebih sejuk hawanya, rumah-rumah mereka bentuknya sederhana terbuat dari kayu dan bambu. Mereka seperti manusia hanya bentuk badannya lebih kecil. Kehidupannya hampir sama seperti kehidupan di dunia manusia, yang membedakannya adalah tidak adanya sinar terang seperti matahari dalam lingkungan hidup mereka. Dalam dunianya mereka merokok. Bahkan rokok yang mereka gunakan sama seperti di dunia manusia, membayar dengan uang yang sama, memakai macam pakaian yang sama, bahkan mereka mempunyai kota seperti di dunia manusia. Dan sekali lagi, Ia tak nampak oleh kasat mata. Begitu banyak cerita yang diungkap oleh masyarakat Rante Pongkok Desa Tondok Bakaru Mamasa tentang keramatnya Gunung Gandang Dewata yang dapat membuat bulu kuduk merinding saat mendengarnya. Gunung keramat ini kemudian kian bertambah misterinya, utamanya saat peristiwa hilangnya Mayor Latang secara misterius di Alur Pegunungan Gunung Gandang Dewata. Namun mampukah kita membuktikan kebenaran mitos tersebut. Entahlah.




Tidak ada komentar: